Jumat, 21 Oktober 2011

Paseban Kemangi: prosesipersiapan perang

Ketika Sultan Agung memutuskan
perang terhadap Belanda di
Batavia, semua Adipati,
Tumenggung dan para pembesar
kerajaan dipanggil pada suatu
pertemuan agung di Kerajaan Mataram yang dipimpin langsung
oleh Sultan. Setelah melalui
perapatan serta saran-saran
dari para adipati ataupun para
pembesar kerajaan, maka
keputusan akhirnya Mataram menyatakan perang terhadap
Belanda di Batavia. Para pimpinan
perang pun diputuskan, dan
diputuskan juga panglima
perangnya, yaitu Tumenggung
Bahurekso, Adipati Kendal dan Gubernur Pesisir Laut Jawa. Bisa dibayangkan bahwa Kendal
pada akhirnya menjadi pusat
perhatian para sentono
kerajaan. Para bupati,
tumenggung maupun pembesar
kerajaan lainnya perahtiannya tertuju pada figur Tumenggung
Bahurekso dan Kadipaten Kendal
sebagai pusat pertahanan dan
berkembang menjadi pusat
persiapan angkatan perang
menuju ke Batavia. Kendal memang memiliki catatan sejarah
yang agung. Betapa tidak, Kendal
menjadi tempat berkumpulnya
para pembesar-pembesar
kerajaan. Banyak adipati atau
tumenggung yang harus meninggalkan daerahnya dan
berkumpul di Kendal. Menurut beberapa catatan, para
pembesar-pembesar kerajaan
yang hadair di Kendal dalam
rangka persiapan perang
melawan Belanda di Batavia,
antara lain: 1. Tumenggung Bahurekso
2. Pangeran Purboyo
3. Pangeran Djoeminah
4. Tumenggung Mandurorejo
5. Tumenggung Upashanta
6. Tumenggung Kertiwongso, asal Jepara
7. Tumenggung Wongso Kerto
8. Tumenggung Rajekwesi
9. Raden Prawiro/Pangeran
Sambong
10. Pangeran Kadilangu 11. Pangeran Sojomerto
12. Raden Sulamjono, putera
Tumenggung Bahurekso
13. Raden Banteng Bahu, putera
Tumenggung Bahurekso
14. Kyai Akrobudin 15. Kyai Mojo dan Kyai Sandi,
pengawal Pangeran Sambong
16. Tumenggung Begananda
17. Raden Haryo Sungkono
18. Raden Muthohar
19. Tumenggung Pasir Puger 20. Pangeran Karang Anom
21. Pangeran Tanjung Anom
22. Tumenggung Panjirejo
23. Pangeran Puger
24. Tumenggun Singoranu, Patih
MAtaram, pengganti Ki Juru Mertani
25. Aria Wiro Notopodo atau
Suropodo
26. Tumenggung Wiroguno
27. Raden Bagus Kumojoyo
Dan tentunys masih banyak lagi tokoh-tokoh kerajaan yang
hadir dalam pertemuan persiapan
perang ke Batavia. Bahurekso memutuskan bahwa
pertemuan persiapan perang
tidak dilakukan di pendopo
kabupaten tetapi di sebuah
tempat yang dekat dengan
pantai. Oleh para peserta pertemuan akhirnya disepakati
bahwa tempat pertemuannya
harus dirahasiakan. Tempat yang
dipilih ternyata di tengah hutan/
persawahan. Tepatnya di bawah
pohon yang rindang. Pohon itu sekarang ini dikenal dikenal
dengan nama Pohon Kemangi. Pohon itu terletakdi tengah-
tengah persawahan/pemakan
(sekarang), masuk wilayah Desa
Jungsemi Kecamatan Kangkung.
Dan tempat itu pada akhirnya
dijadikan sebuah pemakaman yang masih terkenal keramat.
Namun ada keterangan lagi
bahwa pohon kemangi itu adalah
sebuah pohon yang lurus ke atas
laksana sebuah payung. Dari
sekian puluh peserta paseban di Kemangi, semuanya terlindungi.
Bahkan ada yang menerangkan
lagi bahwa peserta paseban
tidak akan bisa dilihat oleh mata
telanjang karena memang sudah
dipayungi oleh pohon kemangi serta oyot mimang yang ditanam
oleh Tumenggung Rajekwesi atau
Ki Gede Kemangi. Penanggung jawab pertemuan
diserahkan pada Tumenggung
Rajekwesi atau Ki Ageng Kemangi.
Tokoh ini yang mengatur prosesi
pertemuan dari awal sampai
akhir dan bahkan termasuk keamanan para tokoh-tokoh
kerajaan dari intaian telik sandi
atau intel/mata-mata pihak
lawan. Oleh karenanya daerah-
daerah yang dijadikan pintu
masuk para petinggi kerajaan itu dijaga dengan ketatnya. Tidak
hanya itu, penjagaan dengwan
cara batin dan spiritual pun
dilakukan dengan baik. Siapa sebenarnya Tumenggung
Rajekwesi itu? Memang tidak
banyak yang tahu. Belum ada
catatan sejarah yang
menerangkan tokoh ini secara
jelas. Tokoh ini mempunyai peranan sangat penting pada
pertemuan itu. Demi keselamatan
para pemimpin kerajaan dan demi
suksesnya pertemuan persiapan
perang, maka tempat di sekitar
pertemuan dipagari dengan oyot mimang, yang kokoh bagai pagar
besi. Bahkan lebih kokoh dari
pagar besi. Oyot mimang seperti
dalam cerita tutur merupakan
kinayah bagian dari ayat suci Al-
Qur'an. Oyot berasal dari kata ayat, Mimang diambil dari
petikan-petikan huruf/kata dari
ayat kursi, yaitu Mim-ma. Untuk
lebih jelasnya perhatikan ayat
al-qur'an yang lebih dikenal
dengan nama ayat kursi: "...Allahu laa ilaaha illa huwal
khaiyul Qoyyum laa ta'khudzuhu
sinatun wala naum. Lahuu maa
fissamawaati wamaa fil ardli. Man
dzal ladzii yasyfa'u 'indahuu illaa
bi'idznihi ya'lamu ma baina aidihim wa maa kholfahum walaa
yukhiithuuna bisyai'in min 'ilmihi
illaa bi maa syaa'. Wasi'at
Kursiyyuhussamaawaati wal ardli
walaa ya-uduhu khifdhunma
wahuwal 'aliyyul 'adhiim...". Artinya: "...Allah, tidak ada Tuhan
melainkan Dia,Yang Mahahidup
lagi Mahategak. Tidak mengantuk
dan tidak tidur. Baginya segala
yang ada di langit dan segaa
yang ada di bumi. Siapakah yang akan dapat membeikan
pertolongan di sisi-Nya, tanpa
seizin-Nya. Dia Maha Mengetahui
apa-apa yang di hadapan
mereka, dan apa-apa yang ada
di belakang mereka, dan mereka tidak akan dapat menjangkau
ilmu-Nya sedikitpun, kecuali
pengetahuan yang telah
dikehendaki oleh-Nya.
Singgasana-Nya sangat luas,
seluas semua langit dan bumi. Dia Mahaluhur lagi Mahaagung..."(al-
baqoroh: 225).

Tidak ada komentar: